Selasa, 10 Oktober 2023

Arfin S.Pd., Gr_1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

 PAPARAN KONEKSI ANTAR MATERI 

"Konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan  sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak,  serta Visi Guru Penggerak" 

Sebagai Pendidik, Saya memiliki peran penting dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia, posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi, dalam keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.

Secara keseluruhan saya melihat, integrasi konsep-konsep disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan  sekolah/kelas, segitiga restitusi membantu membentuk budaya positif di sekolah, mempromosikan pendidikan yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai fundamental pendidikan nasional, dan mewujudkan visi guru penggerak dalam membimbing para murid menuju kearah yang lebih baik.

Menurut pendapat saya, Filosofi pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara masih sangat relevan dengan penjabaran kurikulum yang digunakan hingga saat ini. Filosofi pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara juga sesuai dengan nilai yang dimiliki oleh seorang guru penggerak yaitu mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Peserta didik. Selain itu guru penggerak juga memiliki peran pentig dalam membantu siswa mencapai potensi terbaik mereka. Dalam arti guru tidak hanya mengajar, tetapi juga memotivasi siswa untuk terus belajar, berinovasi, dan bersemangat dalam mencapai tujuan mereka. Hal ini merupakan perwujudan dari visi seorang Guru untuk membangun ekosistem pembelajaran yang berlandaskan asas gotong royong dan kolaborasi dalam mewujudkan terciptanya pelajar pancasila demi mewujudkan Indonesia Maju.



Secara pribadi saya merasa telah melakukan beberapa pemikiran yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara sebagai contoh dalam pembelajaran yang saya lakukan, saya cenderung berfokus untuk bagaimana mengembangkan rasa percaya diri para peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya. Bagaimana mereka dapat memberikan pertanyaan yang baik dan dapat dimengerti oleh siswa-siswi yang lain, dan banyak hal lainnya yang muaranya saya harapkan dapat menunjang kemajuan mereka dalam pembelajaran didalam kelas.

" Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?"

Disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman, penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi, Merupakan landasan utama yang dapat diterapkan untuk membimbing perilaku siswa kearah yang lebih baik. Dalam hal ini Saya sebagai pendidik atau guru memiliki peran yang potensial dalam membantu menciptakan budaya positif di sekolah dengan menjadi Teladan yang baik bagi para peserta didik maupun kepada guru yang yang lain dalam menerapkan teori-teori tersebut dilingkungan sekolah. Saya sangat menyadari bahwa sebagai calon guru penggerak saya harus menjadi teladan dalam memberikan contoh perilaku yang positif dan terpuji bagi seluruh warga sekolah. Dengan mempraktikkan nilai-nilai dalam teori disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Saya sangat berharap dapat menjadi teladan bagi para murid, Guru serta seluruh komponen yang ada dilingkungan sekolah.

Selanjutnya sebuah hal yang menarik bagi saya bahwa setelah melalui pembelajaran dalam materi disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi ini, Saya merasa mengalami perkembangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai seorang guru. Selain itu saya lebih merasa nyaman dalam melaksanakan pembelajaran didalam kelas.

" Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini? "

Sebelum mempelajari materi dalam modul ini, saya cenderung melaksanakan kegiatan pembelajaran semata hanya berfokus pada tugas pokok saya sebagai guru yaitu menunaikan tugas untuk menyampaikan materi ajar kepada murid didalam kelas. Namun setelah memahami berbagai teori tentang disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi pada modul ini, Sebagai guru saya semakin menyadari akan tugas penting seorang guru yang memiliki tanggung jawab dan peran besar dalam mewujudkan kemajuan pendidikan salah satunya melalui penerapan berbagai pengalaman positif yang telah dilalui selama melaksanakan pembelajaran sebagai guru.

" Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda? Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut? Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki? Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini,  posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?"

Salah satu contoh pengalaman terkait penerapan budaya positif yang saya alami dikelas maupun dilingkungan sekolah adalah ketika saya menerapkan teori kontrol yaitu sebagai pemantau dalam kapasitas saya sebagai seorang guru, Saya merasa benar-benar memberikan rasa nyaman bagi para murid yang ada dilingkungan sekolah dan sayapun merasa senang dan nyaman akan hal itu, dan berniat akan terus mengembangkan perilaku positif ini kedepannya. Berbeda halnya saat saya belum mengetahui dan mempelajari materi ini, Sebagai guru saya merasa lebih cenderung sebagai guru yang berperan sebagai pemberi hukuman dan pembuat rasa bersalah. Membandingkan kedua hal ini tentunya sebagai seorang guru semakin merasa nyaman dan akan terus berusaha berbuat hal yang lebih baik lagi.

          Selanjutnya tentunya saya akan berupaya untuk senantiasa memperbaiki posisi kontrol ini agar dapat meningkat menjadi posisi manager yaitu berupaya mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Saya menyadari bahwa posisi seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. 

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Awalanya dalam posisi saya sebagai guru mata pelajaran saya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan terkait pelanggaran yang dilakukan oleh murid. Misalnya Terlambat memasuki kelas saaat akan melaksanakan pembelajaran, Terlambat saat menghadiri upacara bendera setiap hari senin, Tidak rapi, Mengganggu kelas yang lain saat belajar dan masalah lainnya. Dalam penanganan pelanggaran seperti ini terkadang saya cenderung hanya menggunakan satu tahapan dalam segitiga restitusi dengan menanyakan keyakinan lalu setelah itu memberikan hukuman atau konsekwensi terkait hal yang harus dilakukan oleh peserta didik yang melakuka pelanggaran.



Namun setelah memahami penerapan segitiga restitusi dalam modul ini, Secara bertahap saya melakukan perbaikan dengan berusaha melakukan tahapan-tahapan segitiga restitusi yaitu, Menstabilkan identitas, Validasi tindakan yang salah, dan Menanyakan keyakinan dalam mengambil setiap tindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh murid dillingkungan sekolah.

Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Sebagai guru saya merasa sangat perlu bagi untuk memahami kondisi psikologis para murid yang ada disetiap jenjang pendidikan. Khususnya ditingkat sekolah menengah atas. Hal ini menjadi sesuatu yang penting untuk saya dimana dalam menghadapi kondisi para murid yang memiliki kepribadian yang beragam misalnya dalam bentuk emosi, Hoby, Minat belajar, kondisi keluarga, dan hal lain sebagainya yang akan berdampak pada prestasi belajar mereka disekolah.



Demikian hal-hal yang dapat saya sampaikan berkaitan dengan penjabaran koneksi antar materi inti tentang konsep-konsep seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan  sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak,  serta Visi Guru Penggerak


Sabtu, 11 Juli 2020

MATERI WAWASAN WIYATA MANDALA SMA NEGERI 2 BUDONG-BUDONG #Belajardarirumah


Foto : Lingkungan SMA Negeri 2 Budong-Budong

Merespon surat edaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan No. 000.001/1495/VII/2020 Terkait pembatasan penyelenggaraan pembelajaran disatuan pendidikan SMA/SMK/SLB di Masa pandemi Corona Disaese 2019 (COVID19), maka setiap sekolah wajib menerapkap Larangan sementara  untuk mengumpulkan siswa dalam kegiatan apapun, termasuk melaksanakan kegiatan bagi para siswa baru dimasing-masing sekolah. Kegiatan awal bagi para siswa baru terkadang diawali dengan Pengenalan lingkungan Sekolah (PLS).

Pengenalan lingkungan Sekolah ini sendiri adalah salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh tiap sekolah yang dalam kegiatannya dirangkaikan dengan penyampaian Materi yang wajib disampaikan kepada siswa terkait Wawasan Wiyatamandala, Etika, Ahlak dan Tata tertib sekolah, Pengembangan Minat dan Bakat dan materi lainnya yang dikondisikan dengan kebutuhan masing-masing sekolah . Materi ini tentunya bertujuan agar siswa dapat berperan aktif dalam meningkatkan fungsi sekolah sebagai lingkungan pendidikan. 

Menyadari pentingnya hal tersebut, Maka kami dari Panitia Penerimaan Siswa Baru SMA Negeri 2 Budong-Budong mencoba menerapkap penyampaian materi melalui metode jarak jauh dengan menggunakan sistem daring dengan harapan semoga  para peserta didik baru dapat mempelajari materi awal terkait lingkungan sekolah dan memberikan manfaat bagi seluruh warga sekolah.

 

MATERI WAWASAN WIYATA MANDALA

 

Secara harfiah, Wawasan Wiyata Mandala dapat diartikan sebagai pandangan atau sikap hidup yang mendalam terhadap sekolah sebagai lingkungan pendidikan. Lingkungan sekolah yang harus dipahami secara mendalam bukan saja lingkungan secara fisik, tetapi juga lingkungan sosialnya. Proses seorang siswa untuk bisa memiliki wawasan wiyata mandala harus melalui tiga tahap. Tahap yang pertama adalah mengetahui, yang kedua adalah mengenal, yang ketiga adalah mencintai.

 

Mengetahui

Lingkungan fisik sekolah adalah lingkungan yang dapat diketahui melalui panca indra. Contohnya  mengetahui letak atau tempat ruang guru, ruang Staf tata usaha, Perpustakaan dan ruangan lainnya. Dan juga para siswa baru harus Mengatahui fasilitas apa saja yang ada di sekolah.

 

Mengenal

Setelah mengetahui, letak sebuah lingkungan fisik, para siswa juga harus mampu mengenalnya. Mengenal dalam artian memahami seluk beluknya misalnya setelah mengetahui letak perpustakaan, harus dikenali perpustakaan tersebut. Apa saja yang ada di perpustakaan, dan bagaimana fungsi dan cara memanfaatkan koleksi perpustakaan.

 

Mencintai

Setelah mengenal, tahap selanjutnya adalah mencintai. Semua lingkungan yang ada di sekolah harus dicintai. Misalnya sudah mengenal perpustakaan, perpustakaan tersebut harus dicintai dengan cara dimanfaatkan, dikunjungi, dan dijaga kebersihannya.  Hal yang perlu di Ingat dan harus diketahui tidak hanya perpustakaan, tetapi seluruh lingkungan sekolah mulai dari halaman paling belakang, kelas, hingga gerbang sekolah.

 

Tahap mengetahui, mengenal, dan mencintai juga harus dilakukan terhadap lingkungan sosialnya. Mengetahui guru, mengenal guru, kemudian mencitai guru. Mengetahui namanya siapa, mengenal karakternya bagaimana, dan mencintainya dalam wujud takzim, hormat dan patuh terhadap tugas yang diberikan.

ARTI DAN MAKNA WAWASAN WIYATA MANDALA

 

1. Wawasan : Suatu pandangan atau sikap yang mendalam terhadap suatu hakikat. Wiyata : Pendidikan Mandala : Tempat atau lingkungan Wiyata mandala adalah sikap menghargai dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekolah sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan. Unsur-unsur wiyata mandala:

2.     Sekolah merupakan lingkungan pendidikan

3.     Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh atas    penyelenggaraan pendidikan dalam lingkungan sekolah.

4.     Antara guru dan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama erat untuk mengemban tugas pendidikan (hubungan yang serasi)

5.     Warga sekolah di dalam maupun di luar sekolah harus menjunjung tinggi martabat dan citra guru.

6.     Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya dan mendukung antarwarga.




Foto : Para Siswa Membersihkan Lingkungan Sekolah (diambil sebelum Pandemi COVID19)

·         SEKOLAH DAN FUNGSINYA

Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan PBM, menanamkan dan mengembangkan berbagai nilai, ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal tempat berlangsungnya PBM untuk membina dan mengembangkan:

1.     Ilmu pengetahuan dan teknologi

2.     Pandangan hidup/kepribadian

3.     Hubungan antara manusia dengan lingkungan atau manusia dengan Tuhannya

4.     Kemampuan berkarya. 

 

·         FUNGSI SEKOLAH

Fungsi sekolah adalah sebagai tempat masyarakat belajar karena memiliki aturan/tata tertib kehidupan yang mengatur hubungan antara guru, pengelola pendidikan siswa dalam PBM untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dlam suasana yang dinamis.

·         CIRI-CIRI SEKOLAH SEBAGAI MASYARAKAT BELAJAR

Ciri-ciri sekolah sebagai masyarakat belajar adalah :

1.     Ada guru dan siswa, timbulnya PBM yang tertib

2.     Tercapainya masyarakat yang sadar, mau belajar dan bekerja keras.

3.     Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya.

 

·         PRINSIP SEKOLAH

Sekolah sebagai Wiyata Mandala selain harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, juga harus mencegah masuknya faham sikap dan perbuatan yang secara sadar ataupun tidak dapat menimbulkan pertentangan antara sesama karena perbedaan suku, agama, asal/usul/keturunan, tingkat sosial ekonomi serta perbedaan paham politik. Sekolah tidak boleh hidup menyendiri melepaskan diri dari tantangan sosial budaya dalam masyarakat tempat sekolah itu berada. Sekolah juga menjadi suri teladan bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, serta mampu mencegah masuknya sikap dan perbuatan yang akan menimbulkan pertentangan. Untuk itu sekolah memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :

1.     Sekolah sebagai wadah/lembaga yang memberikan bekal hidup. Dalam hal ini sekolah seharusnya bukan hanya sekedar lembaga yang mencetak para intelektual muda namun lebih dari itu sekolah harus menjadi rumah kedua yang memberikan pelayanan dan pengalaman tentang hidup, mulai dari berorganisasi, bermasyarakat (bersosialisasi), pendidikan lingkungan hidup (PLH) atau bahkan pengalaman hidup yang sesungguhnya.

2.     Sekolah sebagai institusi tempat peserta didik belajar dibawah bimbingan pendidik. Bimbingan lebih dari sekedar pengajaran. Dalam bimbingan peran pendidik berubah dari seorang pendidik menjadi seorang orangtua bahkan menjadi seorang kakak.

3.     Sekolah sebagai lembaga dengan pelayanan yang adil/merata bagi stakeholdernya. Hal tersebut bisa berupa pemerataan kesempatan mendapatkan transfer of knowledge, maupun transfer of experience, dengan tanpa membedakan baik dari segi kemampuan ekonomi, kemampuan intelegensia, dan juga kemampuan fisik (gagasan sekolah inklusi).

4.     Sekolah sebagai lembaga pengembangan bakat dan minat siswa. Prinsip ini sejalan dengan teori multiple intelligence (Howard Gardner) yang memandang bahwa kecerdasan intelektual bukanlah satu-satunya yang perlu diperhatikan oleh lembaga pendidikan, terutama sekolah. Kemampuan bersosialisasi, kemampuan kinestik, kemampuan seni dan kemampuan-kemampuan lainnya juga perlu diperhatikan secara seimbang.

5.     Sekolah sebagai lembaga pembinaan potensi di luar intelegensi. Peningkatan kemampuan intelektual, emosional maupun kemampuan-kemampuan lainnya mendapat perhatian yang seimbang.

6.     Sekolah harus memberikan perhatian serius untuk mengembangkan kemampuan emosional dan sosial, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi, kemampuan bekerjasama dalam kelompok, dan lain-lain.

7.     Sekolah sebagai wahana pengembangan sikap dan watak. Sikap sederhana, jujur, terbuka, penuh toleransi, rela berkomunikasi dan berinteraksi, ramah tamah dan bersahabat, cinta negara, cinta lingkungan, siap bantu membantu khususnya kepada yang kurang beruntung merupakan sikap dan watak yang perlu dibentuk di dalam lingkungan sekolah.

8.     Sekolah sebagai wahana pendewasaan diri. Di dalam dunia yang berubah begitu cepat, salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki tiap peserta didik adalah kompetensi dasar: belajar secara mandiri. Dengan proses pendewasaan yang diberikan di sekolah, pendidik tidak lagi perlu menjejali pemikiran peserta didik dengan perintah. Lebih dari itu peserta didik akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar ketika ia mencari dan mendapatkan apa yang ia butuhkan untuk hidupnya.

9.     Sekolah sebagai bagian dari masyarakat belajar (learning society). Sekolah bukan hanya sebagai tempat pembelajaran bagi peserta didik, namun juga seharusnya sekolah mampu menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat di lingkungan sekitar.


·         PENGGUNAAN SEKOLAH

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang diperuntukan sebagai tempat proses kegiatan belajar mengajar, tidak diperbolehkan dijadikan sebagai tempat :

1.     . Ajang promosi /penjualan produk-produk perniagaan yang tidak berhubungan dengan pendidikan.

2.     Sekolah merupakan lingkungan bebas rokok bagi semua pihak.

3.     Penyebaran aliran sesat atau penyebarluasan aliran agama tertentu yang bertentangan dengan undang-undang.

4.     Propaganda politik/kampanye.

5.     Shooting film dan atau sinetron tanpa seijin Pemerintah Daerah.

6.     . Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan, perpecahan, dan perselisihan, sehingga menjadikan suasana sekolah tidak kondusif.

·         PENATAAN WIYATA MANDALA DALAM UPAYA KETAHANAN SEKOLAH

·         Ketahanan sekolah lebih menitikberatkan pada upaya-upaya yang bersifat preventif.

·         Untuk menjadikan sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya, perlu dilakukan penataan Wiyata Mandala di sekolah melalui langkah-langkah :

·         Meningkatkan koordinasi dan konsolidasai sesama warga sekolah untuk dapat mencegah sedini mungkin adanya kegiatan dan tindakan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar.

·          Melaksanakan tata tertib sekolah secara konsisten dan berkelanjutan.

·         Melakukan koordinasi dengan Komite sekolah dan pihak keamanan setempat untuk terselenggaranya ketahanan sekolah.

·         Mengadakan penyuluhan bagi orangtua dan siswa yang bermasalah

·         Mengadakan penyuluhan dan pembinanan kesadaran hukum bagi siswa.

·         Pembinaan dan pengembangan keimanan, ketaqwaan, etika bermoral Pancasila, kepribadian sopan santun dan berdisiplin.

·         Pengembangan logika para siswa, rajin belajar, gairah menulis, gemar membaca/ informasi/penemuan para ahli.

·         Mengikutsertakan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri.

·         Mengadakan karya wisata dalam rangka pengembangan iptek.

 



Foto : Proses peningkatan keterampilan siswa pada bidang teknologi (Foto Sebelum COVID19)



· TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB KEPALA SEKOLAH DALAM HAL PELAKSANAAN WIYATA MANDALA

 

Kepala Sekolah sebagai pimpinan utama, bertugas dan bertanggung jawab memimpin penyelenggaraan belajar mengajar serta membina pendidik dan tenaga kependidikan serta membina hubungan kerja sama dan peran serta masyarakat. Kepala Sekolah dalam melaksanakan penataan Wiyata Mandala di sekolah, dengan melakukan kegiatan-kegiatan :

1.      Melaksanakan program-program yang telah disusun bersama Komite Sekolah.

2.      Menyelenggarakan musyawarah sekolah yang melibatkan pendidik, OSIS, Komite Sekolah, tokoh masyarakat serta pihak keamanan setempat.

3.     Menertibkan lingkungan sekolah baik yang berbentuk perangkat keras (sarana prasarana) dan perangkat lunak (peraturan-peraturan, tata tertib, tata upacara dan lain lain).

4.     Mengadakan pertemuan baik rutin maupun insidentil yang bersifat intern sekolah (kepala sekolah, pendidik, orangtua siswa, siswa).

5.     Menyelenggarakan kegiatan yang dapat menunjang ketahanan sekolah seperti PKS, Pramuka, PMR, Paskibraka, kesenian dan sebagainya.


Foto : Guru dan Staf SMA Negeri 2 Budong-Budong


1.     MEKANISME DALAM PELAKSANAAN WIYATA MANDALA

Dalam rangka pelaksanaan Wiyata Mandala perlu upaya penang-gulangan secara dini setiap permasalahan yang timbul sehingga dapat menghilangkan dampak negatifnya, yaitu dilaksanakan secara terpadu, bertahap dan berlanjut sebagai berikut :

1.   Tahap Preventif Upaya untuk meniadakan peluang-peluang yang dapat memungkinkan terjadinya kasus-kasus negatif di sekolah, melalui antara lain :

2. Memelihara sekolah, dan lingkungan sekolah serta menciptakan kebersihan dan ketertiban agar siswa merasa nyaman dan menyenangkan dan tidak ada tempat tertentu yang dijadikan siswa untuk hal-hal negatif.

3. Menciptakan suasana yang harmonis antara pihak pendidik/staf dan siswa serta penduduk di sekitar sekolah.

4.     Membentuk jaring-jaring pengawasan/kontrol dan razia terhadap kegiatan siswa di lingkungan sekolah.

5.     Menghilangkan bentuk-bentuk perpeloncoan pada saat MOS.

6.      Meminimalisir keterlibatan kelompok maupun perorangan dalam kegiatan sekolah.

7.     Mengisi jam-jam kosong dengan pelajaran atau kegiatan ekstra lainnya.

8.     Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler pada masa awal/akhir semester dan masa liburan sekolah.

9.     Peningkatan keamanan dan ketertiban khususnya pada saat berangkat/ usai sekolah.

10. Tahap Represif Upaya untuk menindak siswa yang telah melanggar peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah. Upaya Represif seperti :

11. Mendamaikan para pihak yang terlibat perselisihan berikut orangtua/pendidik pembinanya.

12. Membatasi areal tempat terjadinya aksi.

13. Menetralisir isu-isu yang berkembang dan mencegah timbulnya isu-isu baru.

14. Berkoordinasi dengan pihak keamanan apabila terdapat pihak luar sekolah yang melanggar keamanan, ketertiban dan perbuatan kriminalitas di lingkungan sekolah.

15.  Mengungkap lebih lanjut keterlibatan pihak luar sekolah atas kasus yang timbul dan menyelesaikan secara hukum.

16. Mengikutsertakan para ahli untuk mengadakan bimbingan dan penyuluhan.

17. Memberikan sanksi sesuai tata tertib yang berlaku.

 

Demikian Materi Singkat terkait Wawasan Wiyata Mandala yang dapat kami sampaikan Semoga dapat bermanfaat bagi para peserta didik baru khususnya siswa-siswi SMA Negeri 2 Budong-Budong.

 


Arfin S.Pd., Gr_1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

  PAPARAN KONEKSI ANTAR MATERI  "Konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posi...